PERANAN EKOLOGIS PELEDAKAN SERANGGA


PERANAN EKOLOGIS PELEDAKAN SERANGGA
A.    Ekologi
Ekologi adalah disiplin kajian hubungan-hubungan  mahluk hidup dan lingkungannya. Kajian ekologi antara lain dapat dipelajari dengan membagi lingkungan hidup (environment) atau biosfer (biosphere) dalam beberapa bagian sesuai dengan komponen-komponen atau bagian yang membentuk lingkungan yaitu:
1.   Lingkungan fisik mencakup unsur-unsur litosfer (lithosphere) atau lapisan kerak bumi termasuk tanah) yang mencakup tipe tanah, bahan induk, serta parameter-parameternya seperti struktur, tekstur, sifat-sifat fisik, kimia dan kesuburan), hidrosfer (hydrosphere), yang meliputi lautan dan perairan lainnya dengan parameter-parameter: arus, kedalaman, salinitas, keasaman (pH), kandungan bahan-bahan, suhu dll.) dan atmosfer (atmosphere, udara: iklim, cuaca, angin, suhu dll.).
2.   Lingkungan biotik merupakan bagian dari keseluruhan lingkungan yang terbentuk dari semua fungsi hayati makhluk-makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Asosiasi atau hubungan-hubungan fungsional antar makhluk hidup dapat dikaji dalam berbagai tahapan. Misalnya ada studi mengenai satu makhluk hidup dan seluruh populasinya, ada pula studi yang mencakup seluruh komunitas yaitu kajian atas interaksi berbagai populasi dalam satu daerah tertentu.
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peledakan Serangga
Faktor-faktor yang mempengaruhi peledakan serangga:
Ø  Faktor Intrinsik
Faktor intrisik yaitu faktor yang berasal dari dalam populasi itu sendiri seperti kompetisi interspesifik/interspesies dalam bentuk kompetisi teritorial, pasangan kawin, makan, ruang.
Ø  Faktor Ekstrinsik
1.      Agroekosistem
Agroekosistem adalah pertanian yang bersifat hubungan timbal balik antara sekelompok manusia (masyarakat) dan lingkungan fisik dari lingkungan hidupnya guna memungkinkan kelangsungan hidup kelompok manusia (masyarakat) itu.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia dengan sengaja merubah ekosistem alami dimana ia merupakan baginnya, dengan menciptakan suatu ekosistem baru yang khusus dibuat untuk kepentingan pertanian yag disebut sebagai agroekosistem.
Dalam suatu agroekosistem, komponen ekosistem menjadi lebih sederhana dan biasanya terdiri dari populasi tumbuhan pertanian yang kurang lebih seragam (monokultur). Dengan demikian agroekosistem tidak mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan interaksi antara spesies menjadi lebih rendah.
Dengan menyederhanakan ekosistem manusia sebenarnya telah mengganggu keseimbangan alam. Keadaan ini dapat membuat semakin bertambahnya populasi serangga jenis tertentu lewat kompetisi dengan manusia terhadap tanaman budidaya. Karena serangga yang berkompetisi dengan manusia itu adalah konsumen primer, berada pada ujung awal rantai makanan, biasanya serangga tersebut mempunyai tingkat reproduksi yang amat tinggi dan waktu generasi yang amat pendek. Dengan kata lain serangga tersebut mempunyai potensi yang amat tinggi untuk bertambah banyak dalam waktu yang sangat singkat karena hilangnya faktor pengendali alam.
2.      Keseimbangan Alam
Pada ekosistem alami, populasi serangga selalu dikendalikan oleh berbagai faktor lingkungan, sehingga tidak terjadi peledakan populasi.
Secara bersamaan faktor-faktor lingkungan mampu malakukan pengendalian secara alami, misalnya pada suatu populasi serangga.
Tanaman
Gambar: Jaring makanan yang telah disederhanakan pada pada tanaman, memperlihatkan tiga kelompok utama: herbivore, serangga hama, dan musuh alami: parasitoid, hiperparasitoid dan predator (dimodifikasi dari Price, 1984).
C.    Peledakan Serangga
Peledakan Serangga adalah suatu keadaan terjadinya perkembangbikan seragga yang sangat luar biasa pesatnya pada suatu linkungan yang telah mantap dan seimbang. Dalam pembahasan ini kelompok kami akan membahas tentang pengaruh agroekosistem terhadap peledakan serangga. Dimana agroekosistem merupakan faktor eksternal yang memicu peledakan serangga. Peledakan serangga sebenarnyan terjadi karena adanya campur tangan manusia, dimana manusia ingin mengurangi jumlah serangga (hama) tetapi reistensi dari serangga menyebabkan terjadinya peledakan dari serangga tersebut.
Untuk mengurangi jumlah serangga yang merugikan usaha pertaniaan, manusia sejak lama sudah lama melakukan upaya pengendalian hama dengan teknik yang disebut pemberantasan hama. Secara konvensional hal itu dilakukan dengan berbagai jenis insecktisida. Tetapi karena semakin banyak pengaruh samping dari penggunaan  insektisda yang tidak terkendali (gambar 2). Setelah dianalisis secara mendalam, pengaruh dianalisis secara mendalam, pengaruh samping insektisida yang tidak terkendali tersebut dapat menyebabkan beberapa hal seperti:
Ø  Resistensi terhadap insektisida
Ø  Resurjensi (resugency) serangga (hama), dan
Ø  Kontaminasi lingkungan
Dari ketiga hal diatas resitensi terhadap insektisida merupakan masalah yang paling utama, dengan akibat sampingan yang lebih parah yaitu timbulnya resurjensi serangga dan peledakan serangga (pest outbreaks).
Gambar 2:  Populasi serangga (hama) dan musush alami dan pengaruh aplikasi insektisida (Waterhouse dan Norris, 1987)
            Resistensi merupakan suatu fenomna evolusi. Dalam hal ini organisme mengadaptasi diri agar dapat terus bertahan terhadap adanya tekanan lingkungan, termasuk penggunaan insektisida. Menurut defenisinya, resistensi adalah kemampuan suatu strain organisme untuk mentolerir atau menghindari faktor-faktor yang telah terbukti mematikan sebagian besar strain yang ada didalam suatu populasi normal.
            Dewasa ini, resistensi serangga terhadap insektisida telah merambah ke hampir semua jenis bahan kimia beracun yang digunakan sebagai insektisida. Resistensi terhadap serangga hama ini merupakan masalah yang melanda seluruh dunia. Menurut dari perkiraan lebih dari 500 spesies serangga telah diketahui resisten terhadap berbagai jenis insektisida. Lihat gambar 3
Kecepatan pertambahan kasus resistensi serangga terhadap satu atau lebih jenis insektisida

                Berdarsarkan sumber diatas maka, peledakan serangga terjadi karena adanya resisitensi dari serangga tersebut. Jika pelaku agroekosistem semakin banyak menggunakan insektisida maka resistensi dari seranga semakin tinggi dan populasi serangga semakin meningkat karena tidak adanya faktor penghambat populasi (musuh alami) maka apa yang dinamakan peledakan serangga tidak dapat terelakan lagi karena resistensi adalah suatu respoon mikroevolusi dari serangga untuk beradaptasi terhadap preubahan lingkungan dalam upaya memperthankan eksistensinya di alam. Berarti secara evolusi, resistensi sebenarnya tidak bisa dilawan.
           



Komentar

Posting Komentar